PENGORGANISASIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
( Tugas Mata
Kuliah Manajemen Pendidikan)
Oleh :
Kelompok 5
Rudi
Hartono 1113022053
Siti
Khairunnisa 1113022055
Sri
Oktari 1113022057
Sondang
Ni Ari Bulan 1113022059
Surya
Darma 1113022061
Tri
Lestari 1113022063
Ummu
Madinah 1113022065
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011/2012
PENGORGANISASIAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN
Organisasi
berasal dari bahasa latin Organum yang berarti: alat, bagian
dan anggota badan. Organisasi selalu diartikan
sebagai berbagai komponen yang disatukan dalam suatu struktur dan sistem kerja
yang terus bergerak seirama dengan sasaran tujuan yang ingin dicapai.
Organisasi tidak dipahami hanya sebatas wadah (tempat) dimana terjadi interaksi
dan aktivitas antar person (individu), karena organisasi adalah perpaduan
sumber daya manusia yang dikelompokkan berdasarkan struktur, fungsi, kewenangan
dan tanggungjawab. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban dan berkepentingan
untuk memajukan organisasi. Untuk menjamin berlangsungnya suatu organisasi,
maka fungsi pengorganisasian mutlak diperhatikan. Untuk menggerakkan sumber
daya yang dimiliki organisasi diperlukan pengorganisasian sehingga menjamin
sinergisitas dan keberlanjutan organisasi.
Beberapa
pendapat para ahli mengenai pengorganisasian adalah sebagai berikut:
a. Stoner,
(1996) mengemukakan, mengorganisasikan adalah: proses mempekerjakan dua orang
atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran
spesifik atau beberapa sasaran dalam kata lain, mengalokasikan pekerjaan,
wewenang, dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka dapat
mencapai tujuan.
b. Hiriyappa,
(2009) menegaskan, pengorganisasian adalah menetapkan struktur internal
organisasi. Fokusnya adalah pada divisi, koordinasi, pengendalian tugas dan
arus informasi dalam organisasi.
c. Handoko
(Usman, 2008:141) membagi pengertian pengorganisasian atas empat hal yaitu; (1)
pengorganisasian ialah penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi; (2) proses perancangan dan pengembangan suatu
organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan; (3)
penugasan tanggung jawab tertentu; (4) pendelegasian wewenang yang diperlukan
kepada individu –individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Di tambahkan
Handoko, pengorganisasian adalah: pengaturan kerja bersama sumber daya
keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi.
d. Hasibuan
(1990), mengartikan pengorganisasian sebagai suatu proses untuk menentukan,
mengelompokkan tugas, dan pengaturan secara bersama, aktivitas untuk mencapai
tujuan, menentukan orang-orang yang akan melakukan aktifitas, menetapkan
wewenang yang dapat didelegasikan kepada setiap individu yang akan melaksanakan
aktivitas tersebut.
Jadi
bisa disimpulkan, yang dimaksud dengan organisasi adalah suatu proses kerjasama
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efesien.
Sedangkan
Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang
usianya relatif masih muda
sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Bagi sebuah
organisasi, manajemen merupakan kunci sukses, karena sangat
menentukan kelancaran kinerja organisasi yang
bersangkutan. Manajemen
dalam arti luas, menunjuk
pada rangkaian kegiatan, dari perencanaan akan dilaksanakannya kegiatan
sampai penilaiannya. Manajemen dalam arti sempit,
terbatas pada inti kegiatan
nyata,
mengatur atau mengelola kelancaran kegiatannya,
mengatur kecekatan personil yang melaksanakan, pengaturan sarana pendukung, pengaturan
dana, dan lain-lain, tetapi masih terkait dengan kegiatan nyata yang sedang berlangsung.
Untuk memperjelas pengertian manajemen, tampaknya
perlu ada penjelasan lain yang
lebih bervariasi mengenai makna manajemen. Dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia
disebutkan bahwa istilah manajemen berasal dari “administratie” yang berarti
tata-usaha. Dalam pengertian tersebut, administrasi pada pekerjaan tulis
menulis di kantor. Pengertian inilah yang
menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah disinggung,
karena manajemen dibatasi lingkupnya
sebagai pekerjaan tulis-menulis.
Pengertian lain dari “manajemen” berasal dari bahasa Inggris “administration”
sebagai “the management of executive affairs”.
Dengan batasan pengertian seperti ini maka manajemen disinonimkan dengan “management”
suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas (Encyclopedia Americana, 1978, p. 171). Dalam pengertian
ini,
manajemen bukan hanya pengaturan yang terkait dengan
pekerjaan tulis-menulis, tetapi pengaturan dalam arti luas. Pada waktu ini istilah-istilah yang digunakan dalam
menunjuk pekerjaan pelayanan
kegiatan adalah manajemen, pengelolaan, pengaturan dan sebagainya, yang
didefinisikan oleh berbagai ahli secara bermacam-macam. Beberapa definisi
yang kiranya ada
manfaatnya disadur
maknanya atau hanya dikutip dari sumbernya sebagai berikut
:
1. Menurut Leonard D. White, manajemen adalah segenap proses, biasanya
terdapat
pada semua kelompok baik usaha negara, pemerintah atau swasta, sipil atau
militer
secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan.
2. Menurut The Liang Gie, manajemen adalah segenap proses
penyelenggaraan dalam setiap
usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Menurut Sondang Palan Siagian, manajemen adalah keseluruhan proses
kerjasama antara dua
orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai
tujuan yang ditentukan sebelumnya.
4. Menurut Pariata Westra, manajemen adalah segenap rangkaian perbuatan
penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama
sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
5. Dalam kurikulum 1975 yang disebutkan dalam Buku Pedoman Pelaksanaan
Kurikulum IIID, baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama maupun Sekolah
Menengah Atas, manajemen ialah segala usaha bersama untuk
mendayagunakan semua sumber-sumber (personil maupun
materiil) secara efektif dan
efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Dari definisi yang terakhir tersebut maka secara eksplisit disebutkan
bahwa
manajemen sebagaimana yang digunakan secara resmi oleh
Departemen Pendidikan Nasional seperti dimuat dalam kurikulum 1975 dan kurikulum
kelanjutannya, diarahkan kepada
tujuan
pendidikan. Lebih luas lagi, apabila ditinjau dari
definisi-definisi yang lain, pengertian manajemen
tersebut masih dapat diartikan untuk semua jenis kegiatan, yang
dapat diambil suatu kesimpulan definisi yaitu :
“Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang
menunjuk kepada usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai
suatu tujuan yang telah ditetapkan.”
Definisi lain dari manajemen yang lebih lengkap sebagaimana dikemukakan
oleh
Mulyani A. Nurhadi adalah sebagai berikut :
“Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang
tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan sebelumnya,agar efektif dan efisien.”
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam
pengertian manajemen
selalu menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu:
(a).usaha kerjasama,
(b). oleh dua orang atau lebih, dan
(c) untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan.
Dalam pengertian tersebut sudah
menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerjasama, personil yang melakukan, yaitu dua orang
atau lebih, dan untuk apa kegiatan dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari kegiatan, menunjukkan
bahwa
manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada kerja tunggal yang
dilakukan oleh seorang individu. Jika pengertian ini diterapkan pada usaha pendidikan
maka sudah termuat hal-hal yang menjadi objek pengelolaan atau pengaturan. Lebih tepatnya, definisi Manajemen
Pendidikan adalah sebagai berikut :
“Manajemen Pendidikan adalah rangkaian segala kegiatan
yang menunjuk kepada usaha kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.”
Dengan menerapkan definisi tersebut pada usaha pendidikan yang terjadi
dalam
sebuah organisasi, maka definisi selengkapnya adalah
sebagai berikut :
“Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok
manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan
sebelumnya, agar efektif dan efisien.”
Lebih lanjut Mulyani A. Nurhadi menekankan adanya ciri-ciri atau
pengertian yang
terkandung dalam definisi tersebut sebagai berikut : (Mulyani A. Nurhadi,
1983, pp. 2-5)
1 Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan
dari, oleh dan bagi
manusia.
2 Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu
rangkaian
kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan
tujuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ; tujuan
kegiatan
pendidikan ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan
secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa.
3 Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang
tergabung dalam suatu
organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja
yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia
yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan itu.
4 Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan
sebelumnya, yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala
tujuan
umum) dan yang diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala
tujuan khusus).
5 Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara
efektif dan
efisien.
Apa yang dikemukakan oleh Mulyani A. Nurhadi ini cukup lengkap. Tetapi
apabila akan dihubungkan dan diintegrasikan dengan definisi manajemen
pendidikan yang
tertera di dalam Pedoman Kurikulum tahun 1975 Buku IIID perlu ditambahkan
adanya usaha bersama untuk mendayagunakan semua
sumber-sumber (personil dan materiil).
B. Pelaksanaan
Banyak orang mengira bahwa yang bertanggungjawab melaksanakan manajemen
pendidikan hanyalah kepala sekolah dan staf tata usaha. Pandangan
seperti itu tentu
saja keliru. Manajemen adalah suatu kegiatan yang sifatnya melayani.
Dalam
kegiatan belajar-mengajar, manajemen berfungsi untuk
melancarkan jalannya proses tersebut, atau membantu terlaksananya kegiatan mencapai tujuan agar
diperoleh hasilsecara efektif dan efisien.
Dalam lingkungan kelas, guru adalah administrator.
Guru harus melaksanakan kegiatan
manajemen. Di lingkungan sekolah, Kepala Sekolah adalah administrator.
Dengan pengertian bahwa manajemen adalah pengelolaan,
manajemen, maka Kepala Sekolah
bertindak sebagai manajer di sekolah yang dipimpinnya.
Selain para administrator di sekolah, masih ada lagi
pelaksana manajemen pendidikan
yaitu orang-orang yang bekerja di kantor-kantor pendidikan dan pusat-pusat latihan atau kursus. Pelaksana manajemen di pusat-pusat latihan atau di
kursuskursus mempunyai
peranan dan tugas seperti pelaksana di sekolah. Tetapi pelaksanaan manajemen di kantor-kantor pendidikan agak berbeda dengan
manajemen di sekolah. Pelaksanaan manajemen di
kantor-kantor pendidikan merupakan
pelayanan tidak langsung terhadap kegiatan belajar-mengajar.
Kegiatannya adalah mengurus kurikulum,
sarana, personil, siswa, biaya dan lain-lain
kegiatan yang bersifat memperlancar pekerjaan guru dan
murid yang terlibat langsung dalam kegiatan mendidik.
Agar tujuan usaha bersama dapat tercapai dalam tata kerja yang baik,
maka
sebuah organisasi harus memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Memiliki tujuan yang jelas yang dipahami dan diterima oleh seluruh
anggota
sehingga dalam organisasi tersebut hanya terdapat satu
kesatuan arah. Tujuan seperti
ini lazim disebut sebagai visi, berasal dari bahasa Inggris vision,
yaitu hasil yang
dicita-citakan. Sementara orang mengatakan bahwa rumusan visi
ini harus yang umum dan abstrak. Namun menurut
penulis, karena visi ini adalah
hasil yang akan dicapai, maka wujudnya harus jelas, difahami oleh
semua anggota yang akan ikut bersama-sama mencapai
tujuan.
Dalam organisasi pendidikan, visi ini harus dirumuskan
secara jelas dan rinci.
2. Tujuan
organisasi sebagai acuan dalam proses menstrukturkan kerja sama
3. Kesatuan
tujuan, sasaran-sasaran unit kerja harus bermuara pada tujuan organisasi
4. Kesatuan
komando: struktur organisasi harus dapat menggambarkan sumber kewenangan yang
berhak menentukan kebijakan
5. Span of
control : harus memperhatikan batas kemampuan manajer dalam
mengkoordinasikan unit kerja yang ada
6. Pelimpahan wewenang: keterbatasan kemampuan manajer
dalam mengkoordinasikan unit kerja yang ada
7. Keseimbangan
wewenang dan tanggung jawab, makin berat tanggung jawab yang diberikan makin
besar wewenang yang dilimpahkan
8. Bertanggung
jawab: meskipun sudah melimpahkan tanggung jawab kepada staf, manajer tetap
bertanggung jawab kepada apa yang dilimpahkannya
9. Pembagian
kerja: manajer harus dapat membagi habis semua pekerjaan yang ada
10. The
right-man on the right place : menetapkan personalia yang sesuai
dengan fungsi dan tugasnya
11. Hubungan kerja:
merupakan rangkaian hubungan fungsional (horizontal) dan hubungan tingkat
kewenangan (vertikal)
12. Efisiensi:
struktur organisasi mengacu pada pencapaian hasil yang optimal
13. Koordinasi:
rangkaian kerja sama perlu dikoordinasikan, diintegrasikan, disederhanakan dan
disinkrinisasikan.
Adapun
langkah-langkah pengorganisasian:
a. Memahami tujuan institusional
b. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan
yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan institusional
c. Kegiatan yang serumpun (sejenis) dikelompokkan
dalam satu unit kerja
d. Menetapkan fungsi, tugas, wewenang,
tanggung jawab setiap unit kerja
e. Menetapkan personel (jumlah dan
kualifikasinya ) setiap unit kerja
f. Menetapkan hubungan kerja antar
unit kerja
C. Tujuan
Tujuan
pengorganisasian adalah agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab. Dengan pembagian tugas diharapkan setiap anggota organisasi dapat
meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-tugas
yang dibebankan. Apabila pengorganisasian itu dilakukan secara serampangan,
tidak sesuai dengan bidang keahlian seseorang,
maka tidak mustahil dapat menimbulkan kegagalan
dalam penyelenggaraan pekerjaan itu.
Ada beberapa tujuan pengorganisasian, yaitu:
1.
Membantu koordinasi, yaitu
memberi tugas pekerjaan kepada unit kerja secara koordinatifagar tujuan
organisasi dapat melaksanakan dengan mudah dan efektif. Koordinasaidibutuhkan
tatkala harus membagi unitkerja yang terpisah dan tidak sejenis,tetapi berada
dalam satu organisasi.
2. Memperlancar pengawasan yaitu dapat membantu
pengawasan denganmenempatkan seorang anggota manajer yang berkompetensi dalam
setiap unitorganisasi. Dengan demikian sebuah unit dapat ditempatkan di dalam
organisasisecara keseluruhan sedemikian rupa agar
dapat mencapai sasaran kerjanya walaupun dengan
lokasi yang tidak sama. Unit-unit operasional yang
identik dapat disatukan dengan sistem pengawasan yang identik pulasecara
terpadu.
3. Maksimalisasi manfaat spesialisasi,
yaitu dengan konsentrasi kegiatan, maka dapat
membantu seorang menjadi lebihahli dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Spesialisasi pekerjaan dengan dasar keahlian dapat menghasilkanproduk
yang berkualitas tinggi, sehingga kemanfaatan produk dapat memberikankepuasan
dan memperoleh kepercayaan masyarakat pengguna.
4. Penghematan biaya, artinya
dengan pengorganisasian, maka akan
tumbuh pertimbangan yang berkaitandengan efisiensi. Dengan
demikian pelaku organisasi akan selalu berhati-hati dalamsetiap akan menambah
unit kerja baru yang notabene menyangkut penambahan tenaga
kerja yang relatif banyak membutuhkan biaya tambahanberupa
gaji/upah.Penambahan unit kerja sebaiknya dipertimbangkan
berdasarkan nilai sumbangan pekerja barudengan tujuan untuk menekan upah buruh
yang berlebihan.
5. Meningkatkan kerukunan hubungan
antar manusia, dengan pengorganisasian,maka masing-masing
pekerja antar unitkerja dapat bekerja saling melengkapi, mengurangi
kejenuhan, menumbuhkan rasa saling membutuhkan, mengurangi pendekatan
materialistis. Untuk ini pihak manajer harus mampu
mengadakan pendekatan sosial denganpenanaman rasa
solidaritas dan berusaha menampung sertamenyelesaikan berbagai perbedaan yang
bersifat individual.
Dalam menetapkan tujuan-tujuan itu perlu
adanyapertimbangan. Agar pencapaian
tujuan dapat tuntas dan pendayagunaan sumber dapat maksimal maka uraian kegiatan yang telah dijabarkan
dalam perencanaan, dalam langkah
pertama diwujudkan
dalam bidang-bidang yang di dalam organisasi usaha merupakan unit-unit yang ditangani secara khusus oleh
orang-orang yang menguasai
masalahnya. Pembidangan, peng-unitan, dan pembagian tugas inilah yang akhirnya melahirkan sebuah susunan
kesatuan-kesatuan kecil yang membentuk
satu kesatuan besar dan dikenal dengan nama struktur organisasi yang menggambarkan posisi setiap unit yang menunjukkan
keseluruhan dengan bagian-bagiannya.
D. Manfaat
Pengorganisasian adalah penyatuan dan penghimpunan
sumber
manusia dan sumber lain dalam sebuah struktur
organisasi. Dengan adanya pembidangan
dan pengunitan tersebut diketahui manfaatnya
antara lain :
1. antara bidang yang satu dengan bidang yang lain dapat diketahui
batas-batasnya, serta
dapat dirancang bagaimana antar bagian dapat melakukan kerjasama
sehingga tercapai sinkronisasi tugas.
2.
dengan penugasan yang jelas terhadap orang-orangnya, masing-masing
mengetahui wewenang dan kewajibannya.
3. dengan digambarkannya unit-unit kegiatan dalam sebuah struktur
organisasi dapat
diketahui hubungan vertikal dan horisontal, baik dalam jalur structural
maupun jalur fungsional.
4. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan
sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai tujuannya
5. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan
efisien karena dikerjakan bersama-sama (motif pencapaian tujuan)
6. Wadah memanfaatkan sumber daya dan teknologi
bersama-sama
7. Wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi
yang dimiliki seseorang (motif berprestasi)
8. Wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja
9. Wadah mengelola lingkungan bersama-sama
10.Wadah mencari keuntungan bersama-sama (motif uang)
11.Wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan (motif
kekuasaan)
12 Wadah mendapatkan penghargaan (motif
penghargaan)
13.Wadah memenuhi kebutuhan manusia yang semakin
banyak dan kompleks
14.Wadah menambah pergaulan
15.Wadah memanfaatkan waktu luang
Dengan demikian dapat ditegaskan
disini, bahwa dalam proses pengorganisasian, semua sumber daya organisasi
diorganisir dan digerakkan sesuai fungsi dan kewenangan masing-masing.
Di
samping hal itu berbicara tentang manajemen lembaga pendidikan tidak terlepas
dari unsur-unsur yang membentuk budaya lembaga itu sendiri. Salah satunya
adalah lingkungan sekolah yang terdiri atas lingkungan internal sekolah,
misalnya tempat belajar mengajar, peran penting dari keberadaan para pendidik
dan anak didik atau ada guru dan murid, para karyawan sekolah, alat-alat, dan
fasilitas sekolah, perpustakaan sekolah, dan aktivitas pembelajaran. Semua itu
secara keseluruhan terlibat langsung dalam suasana interaktif yang membentuk
kultur lembaga pendidikan. Adapun lingkungan lembaga pendidikan yang bersifat
eksternal adalah yang keberadaanya di luar lembaga, misalnya lingkungan
masyarakat, hubungan struktural sekolah dengan pemerintah dan interaksi pihak
lembaga dengan keluarga seluruh anak didik.
Pengembangan pendidikan, kaitanya
dengan lingkungan sekolah, bukan hanya berhubungan dengan keberadaan pendidik
yang memikul beban dan tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan pembinaan
terhadap anak didiknya, tetapi juga berhubungan secara langsung dengan sarana
dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, yang ikut mendukung pengembangan
pendidikan yang dimaksud.
Sarana yang dimaksudkan adalah semua
alat pendidikan dan media pembelajaran yang secara langsung menciptakan
lingkungan sekolah yang memadai bagi kesuksesan dan keberhasilan pengembangan
pendidikan.
Lingkungan sekolah juga harus menjamin kelancaran
komunikasi anak didik dengan semua pihak sekolah agar mempermudah hubungan
interaksional anak didik dengan semua pihak sekolah yang berkaitan dengan
kepentingan pembelajaran.
Setelah berada di lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah, anak didik akan hidup dan bergaul di
lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan
masyarakat, anak didik akan menemukan berbagai kejadian atau peristiwayang
baru, asing, yang baik dan buruk, yang patut ditiru, atau tidak pantas ditiru,
yang terpuji dan tercela.
Secara umum, penerapan konsep budaya
organisasi di lembaga pendidikan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerapan
konsep budaya organisasi lainya. Kalaupun terdapat perbedaan, mungkin hanya
terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakteristik dari
para pendukungnya. Berkenaan dengan pendukung budaya organisasi di lembaga
pendidikan itulah, pengembangan budaya lembaga pendidikan perlu mengedepankan
nilai-nilai yang paling mendasar dalam mengatur tata kehidupan manusia.
Nilai-nilai yang dikembangkan di
lembaga pendidikan, tentunya, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan lembaga
itu sendiri, yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan,
melestarikan, dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada anak didiknya. Sekolah
menjadi semacam wadah moral yang akan ditiru dan dikembangkan oleh semua
pemakai lembaga pendidikan dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan menjadi bekal
di kehidupannya.
Dengan berbagai peristiwa yang
dialami oleh lembaga pendidikan, tentu acuan utamanya adalah pengaruh budaya
terhadap lembaga pendidikan atau sebaliknya sejauh mana lembaga pendidikan
membangun budaya yang kuat dalam mengantisipasi pengaruh buruk modernisasi dan
globalisasi kepada generasi muda dan masyarakat pada umumnya.
Budaya lembaga pendidikan semakin
lemah berhadapan dengan kebudayaan eksternal yang semakin cepat mempengaruhi
mental anak pada masa usia belajar, oleh karena itu penciptaan budaya yang kuat
dengan acuan nilai-nilai agama dan norma sosial memerlukan intensitas yang
lebih optimal dengan dukungan semua pihak. Pembentukan mentalitas bangsa yang
cerdas dan berakhlak mulia harus didukung sepenuhnya oleh lembaga pendidikan,
keluarga, lingkungan masyarakat, dan tentu saja pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar