Minggu, 29 April 2012

PENGORGANISASIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN


PENGORGANISASIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
 ( Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan)



Oleh :
Kelompok 5
Rudi Hartono                                   1113022053
Siti Khairunnisa                               1113022055
Sri Oktari                                          1113022057
Sondang Ni Ari Bulan                      1113022059
Surya Darma                                    1113022061
Tri Lestari                                         1113022063
Ummu Madinah                               1113022065


images (1)

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011/2012
PENGORGANISASIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

A.    PENGERTIAN
Organisasi berasal dari bahasa latin Organum yang berarti: alat, bagian dan anggota badan. Organisasi selalu diartikan sebagai berbagai komponen yang disatukan dalam suatu struktur dan sistem kerja yang terus bergerak seirama dengan sasaran tujuan yang ingin dicapai. Organisasi tidak dipahami hanya sebatas wadah (tempat) dimana terjadi interaksi dan aktivitas antar person (individu), karena organisasi adalah perpaduan sumber daya manusia yang dikelompokkan berdasarkan struktur, fungsi, kewenangan dan tanggungjawab. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban dan berkepentingan untuk memajukan organisasi. Untuk menjamin berlangsungnya suatu organisasi, maka fungsi pengorganisasian mutlak diperhatikan. Untuk menggerakkan sumber daya yang dimiliki organisasi diperlukan pengorganisasian sehingga menjamin sinergisitas dan keberlanjutan organisasi.
Beberapa pendapat para ahli mengenai pengorganisasian adalah sebagai berikut:

a.      Stoner, (1996) mengemukakan, mengorganisasikan adalah: proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran dalam kata lain, mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai tujuan.
b.     Hiriyappa, (2009) menegaskan, pengorganisasian adalah menetapkan struktur internal organisasi. Fokusnya adalah pada divisi, koordinasi, pengendalian tugas dan arus informasi dalam organisasi.
c.      Handoko (Usman, 2008:141) membagi pengertian pengorganisasian atas empat hal yaitu; (1) pengorganisasian ialah penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; (2) proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan; (3) penugasan tanggung jawab tertentu; (4) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu –individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Di tambahkan Handoko, pengorganisasian adalah: pengaturan kerja bersama sumber daya keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi.
d.     Hasibuan (1990), mengartikan pengorganisasian sebagai suatu proses untuk menentukan, mengelompokkan tugas, dan pengaturan secara bersama, aktivitas untuk mencapai tujuan, menentukan orang-orang yang akan melakukan aktifitas, menetapkan wewenang yang dapat didelegasikan kepada setiap individu yang akan melaksanakan aktivitas tersebut.

Jadi bisa disimpulkan, yang dimaksud dengan organisasi adalah suatu proses kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien.
Sedangkan Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Bagi sebuah organisasi, manajemen merupakan kunci sukses, karena sangat menentukan kelancaran kinerja organisasi yang bersangkutan. Manajemen dalam arti luas, menunjuk pada rangkaian kegiatan, dari perencanaan akan dilaksanakannya kegiatan sampai penilaiannya. Manajemen dalam arti sempit, terbatas pada inti kegiatan nyata, mengatur atau mengelola kelancaran kegiatannya, mengatur kecekatan personil yang melaksanakan, pengaturan sarana pendukung, pengaturan dana, dan lain-lain, tetapi masih terkait dengan kegiatan nyata yang sedang berlangsung. Untuk memperjelas pengertian manajemen, tampaknya perlu ada penjelasan lain yang lebih bervariasi mengenai makna manajemen. Dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah manajemen berasal dari “administratie” yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian tersebut, administrasi   pada pekerjaan tulis menulis di kantor. Pengertian inilah yang menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.

Pengertian lain dari “manajemen” berasal dari bahasa Inggris “administration sebagai “the management of executive affairs”. Dengan batasan pengertian seperti ini maka manajemen disinonimkan dengan “management” suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas (Encyclopedia Americana, 1978, p. 171). Dalam pengertian ini, manajemen bukan hanya pengaturan yang terkait dengan pekerjaan tulis-menulis, tetapi pengaturan dalam arti luas. Pada waktu ini istilah-istilah yang digunakan dalam menunjuk pekerjaan pelayanan kegiatan adalah manajemen, pengelolaan, pengaturan dan sebagainya, yang didefinisikan oleh berbagai ahli secara bermacam-macam. Beberapa definisi yang kiranya ada manfaatnya disadur maknanya atau hanya dikutip dari sumbernya sebagai berikut :

1. Menurut Leonard D. White, manajemen adalah segenap proses, biasanya terdapat pada semua kelompok baik usaha negara, pemerintah atau swasta, sipil atau militer secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan.
2. Menurut The Liang Gie, manajemen adalah segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Menurut Sondang Palan Siagian, manajemen adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
4. Menurut Pariata Westra, manajemen adalah segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
5. Dalam kurikulum 1975 yang disebutkan dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum IIID, baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas, manajemen ialah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Dari definisi yang terakhir tersebut maka secara eksplisit disebutkan bahwa manajemen sebagaimana yang digunakan secara resmi oleh Departemen Pendidikan Nasional seperti dimuat dalam kurikulum 1975 dan kurikulum kelanjutannya, diarahkan kepada tujuan pendidikan. Lebih luas lagi, apabila ditinjau dari definisi-definisi yang lain, pengertian manajemen tersebut masih dapat diartikan untuk semua jenis kegiatan, yang dapat diambil suatu kesimpulan definisi yaitu :
Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Definisi lain dari manajemen yang lebih lengkap sebagaimana dikemukakan oleh Mulyani A. Nurhadi adalah sebagai berikut :
Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya,agar efektif dan efisien.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian manajemen selalu menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu:
 (a).usaha kerjasama,
(b). oleh dua orang atau lebih, dan
(c) untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan.

 Dalam pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerjasama, personil yang melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari kegiatan, menunjukkan bahwa manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada kerja tunggal yang dilakukan oleh seorang individu. Jika pengertian ini diterapkan pada usaha pendidikan maka sudah termuat hal-hal yang menjadi objek pengelolaan atau pengaturan. Lebih tepatnya, definisi Manajemen Pendidikan adalah sebagai berikut :
Manajemen Pendidikan adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dengan menerapkan definisi tersebut pada usaha pendidikan yang terjadi dalam sebuah organisasi, maka definisi selengkapnya adalah sebagai berikut :
Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.

Lebih lanjut Mulyani A. Nurhadi menekankan adanya ciri-ciri atau pengertian yang
terkandung dalam definisi tersebut sebagai berikut : (Mulyani A. Nurhadi, 1983, pp. 2-5)
1 Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan bagi manusia.
2 Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian
kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ; tujuan kegiatan pendidikan ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa.
3 Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan itu.
4 Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan
umum) dan yang diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus).
5 Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan
efisien.

Apa yang dikemukakan oleh Mulyani A. Nurhadi ini cukup lengkap. Tetapi
apabila akan dihubungkan dan diintegrasikan dengan definisi manajemen pendidikan yang tertera di dalam Pedoman Kurikulum tahun 1975 Buku IIID perlu ditambahkan adanya usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber-sumber (personil dan materiil).

B.      Pelaksanaan
Banyak orang mengira bahwa yang bertanggungjawab melaksanakan manajemen
pendidikan hanyalah kepala sekolah dan staf tata usaha. Pandangan seperti itu tentu
saja keliru. Manajemen adalah suatu kegiatan yang sifatnya melayani. Dalam kegiatan belajar-mengajar, manajemen berfungsi untuk melancarkan jalannya proses tersebut, atau membantu terlaksananya kegiatan mencapai tujuan agar diperoleh hasilsecara efektif dan  efisien. Dalam lingkungan kelas, guru adalah administrator. Guru harus melaksanakan kegiatan manajemen. Di lingkungan sekolah, Kepala Sekolah adalah administrator. Dengan pengertian bahwa manajemen adalah pengelolaan, manajemen, maka Kepala Sekolah bertindak sebagai manajer di sekolah yang dipimpinnya. Selain para administrator di sekolah, masih ada lagi pelaksana manajemen pendidikan yaitu orang-orang yang bekerja di kantor-kantor pendidikan dan pusat-pusat latihan atau kursus. Pelaksana manajemen di pusat-pusat latihan atau di kursuskursus mempunyai peranan dan tugas seperti pelaksana di sekolah. Tetapi pelaksanaan manajemen di kantor-kantor pendidikan agak berbeda dengan manajemen di sekolah. Pelaksanaan manajemen di kantor-kantor pendidikan merupakan pelayanan tidak langsung terhadap kegiatan belajar-mengajar. Kegiatannya adalah mengurus kurikulum, sarana, personil, siswa, biaya dan lain-lain kegiatan yang bersifat memperlancar pekerjaan guru dan murid yang terlibat langsung dalam kegiatan mendidik.

Agar tujuan usaha bersama dapat tercapai dalam tata kerja yang baik, maka sebuah organisasi harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Memiliki tujuan yang jelas yang dipahami dan diterima oleh seluruh anggota sehingga dalam organisasi tersebut hanya terdapat satu kesatuan arah. Tujuan seperti ini lazim disebut sebagai visi, berasal dari bahasa Inggris vision, yaitu hasil yang dicita-citakan. Sementara orang mengatakan bahwa rumusan visi ini harus yang umum dan abstrak. Namun menurut penulis, karena visi ini adalah hasil yang akan dicapai, maka wujudnya harus jelas, difahami oleh semua anggota yang akan ikut bersama-sama mencapai tujuan. Dalam organisasi pendidikan, visi ini harus dirumuskan secara jelas dan rinci.
            2. Tujuan organisasi sebagai acuan dalam proses menstrukturkan kerja sama
3.  Kesatuan tujuan, sasaran-sasaran unit kerja harus bermuara pada tujuan organisasi
4.  Kesatuan komando: struktur organisasi harus dapat menggambarkan sumber kewenangan yang berhak menentukan kebijakan
5.  Span of control : harus memperhatikan batas kemampuan manajer dalam mengkoordinasikan unit kerja yang ada
6.  Pelimpahan wewenang: keterbatasan kemampuan manajer dalam mengkoordinasikan unit kerja yang ada
7. Keseimbangan wewenang dan tanggung jawab, makin berat tanggung jawab yang diberikan makin besar wewenang yang dilimpahkan
8. Bertanggung jawab: meskipun sudah melimpahkan tanggung jawab kepada staf, manajer tetap bertanggung jawab kepada apa yang dilimpahkannya
9. Pembagian kerja: manajer harus dapat membagi habis semua pekerjaan yang ada
10. The right-man on the right place : menetapkan personalia yang sesuai dengan fungsi dan tugasnya
11. Hubungan kerja: merupakan rangkaian hubungan fungsional (horizontal) dan hubungan tingkat kewenangan (vertikal)
12. Efisiensi: struktur organisasi mengacu pada pencapaian hasil yang optimal
13. Koordinasi: rangkaian kerja sama perlu dikoordinasikan, diintegrasikan, disederhanakan dan disinkrinisasikan.

Adapun langkah-langkah pengorganisasian:
a.   Memahami tujuan institusional
b.   Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan institusional
c.   Kegiatan yang serumpun (sejenis) dikelompokkan dalam satu unit kerja
d.   Menetapkan fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab setiap unit kerja
e.   Menetapkan personel (jumlah dan kualifikasinya ) setiap unit kerja
f.    Menetapkan hubungan kerja antar unit kerja


C.    Tujuan
Tujuan pengorganisasian adalah agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Dengan pembagian tugas diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-tugas yang dibebankan. Apabila pengorganisasian itu dilakukan secara serampangan,   tidak   sesuai dengan   bidang   keahlian seseorang,   maka   tidak mustahil dapat   menimbulkan   kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan   itu.
Ada   beberapa tujuan pengorganisasian, yaitu:
1.   Membantu koordinasi, yaitu memberi tugas pekerjaan kepada unit kerja secara koordinatifagar tujuan organisasi dapat melaksanakan dengan mudah dan efektif. Koordinasaidibutuhkan tatkala harus membagi unitkerja yang terpisah dan tidak sejenis,tetapi berada dalam satu organisasi.
2.   Memperlancar pengawasan yaitu dapat membantu pengawasan denganmenempatkan seorang anggota manajer yang berkompetensi dalam setiap unitorganisasi. Dengan demikian sebuah unit dapat ditempatkan di dalam organisasisecara   keseluruhan     sedemikian rupa   agar   dapat mencapai   sasaran kerjanya walaupun   dengan   lokasi yang   tidak   sama. Unit-unit   operasional   yang identik dapat disatukan dengan sistem pengawasan yang identik pulasecara terpadu.
3.   Maksimalisasi   manfaat spesialisasi,   yaitu   dengan konsentrasi   kegiatan,   maka dapat membantu seorang menjadi lebihahli dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu. Spesialisasi pekerjaan   dengan dasar keahlian dapat menghasilkanproduk yang berkualitas tinggi, sehingga kemanfaatan produk dapat memberikankepuasan dan memperoleh kepercayaan masyarakat pengguna.
4.   Penghematan    biaya, artinya    dengan    pengorganisasian,    maka akan    tumbuh pertimbangan yang berkaitandengan efisiensi. Dengan demikian pelaku organisasi akan selalu berhati-hati dalamsetiap akan menambah unit kerja baru yang notabene    menyangkut   penambahan tenaga   kerja   yang relatif banyak membutuhkan biaya tambahanberupa gaji/upah.Penambahan unit kerja sebaiknya   dipertimbangkan   berdasarkan nilai sumbangan pekerja barudengan tujuan untuk menekan upah buruh yang berlebihan.
5.  Meningkatkan   kerukunan hubungan   antar   manusia, dengan   pengorganisasian,maka   masing-masing pekerja antar unitkerja dapat bekerja saling melengkapi, mengurangi   kejenuhan, menumbuhkan rasa saling membutuhkan, mengurangi pendekatan   materialistis.   Untuk ini   pihak   manajer harus   mampu   mengadakan pendekatan sosial denganpenanaman   rasa   solidaritas dan berusaha menampung sertamenyelesaikan berbagai perbedaan yang bersifat individual.
Dalam menetapkan tujuan-tujuan itu perlu adanyapertimbangan. Agar pencapaian tujuan dapat tuntas dan pendayagunaan sumber dapat maksimal maka uraian kegiatan yang telah dijabarkan dalam perencanaan, dalam langkah pertama diwujudkan dalam bidang-bidang yang di dalam organisasi usaha merupakan unit-unit yang ditangani secara khusus oleh orang-orang yang menguasai masalahnya. Pembidangan, peng-unitan, dan pembagian tugas inilah yang akhirnya melahirkan sebuah susunan kesatuan-kesatuan kecil yang membentuk satu kesatuan besar dan dikenal dengan nama struktur organisasi yang menggambarkan posisi setiap unit yang menunjukkan keseluruhan dengan bagian-bagiannya.
D.    Manfaat
Pengorganisasian adalah penyatuan dan penghimpunan sumber manusia dan sumber lain dalam sebuah struktur organisasi. Dengan adanya pembidangan dan pengunitan tersebut diketahui manfaatnya antara lain :
1. antara bidang yang satu dengan bidang yang lain dapat diketahui batas-batasnya, serta dapat dirancang bagaimana antar bagian dapat melakukan kerjasama sehingga tercapai sinkronisasi tugas.
2. dengan penugasan yang jelas terhadap orang-orangnya, masing-masing mengetahui wewenang dan kewajibannya.
3. dengan digambarkannya unit-unit kegiatan dalam sebuah struktur organisasi dapat diketahui hubungan vertikal dan horisontal, baik dalam jalur structural maupun jalur fungsional.
4. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai tujuannya
5. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakan bersama-sama (motif pencapaian tujuan)
6. Wadah memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-sama
7. Wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki seseorang (motif berprestasi)
8.  Wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja
9.  Wadah mengelola lingkungan bersama-sama
10.Wadah mencari keuntungan bersama-sama (motif uang)
11.Wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan (motif kekuasaan)
12 Wadah mendapatkan penghargaan (motif penghargaan)
13.Wadah memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks
14.Wadah menambah pergaulan
15.Wadah memanfaatkan waktu luang

Dengan demikian dapat ditegaskan disini, bahwa dalam proses pengorganisasian, semua sumber daya organisasi diorganisir dan digerakkan sesuai fungsi dan kewenangan masing-masing.
            Di samping hal itu berbicara tentang manajemen lembaga pendidikan tidak terlepas dari unsur-unsur yang membentuk budaya lembaga itu sendiri. Salah satunya adalah lingkungan sekolah yang terdiri atas lingkungan internal sekolah, misalnya tempat belajar mengajar, peran penting dari keberadaan para pendidik dan anak didik atau ada guru dan murid, para karyawan sekolah, alat-alat, dan fasilitas sekolah, perpustakaan sekolah, dan aktivitas pembelajaran. Semua itu secara keseluruhan terlibat langsung dalam suasana interaktif yang membentuk kultur lembaga pendidikan. Adapun lingkungan lembaga pendidikan yang bersifat eksternal adalah yang keberadaanya di luar lembaga, misalnya lingkungan masyarakat, hubungan struktural sekolah dengan pemerintah dan interaksi pihak lembaga dengan keluarga seluruh anak didik.
Pengembangan pendidikan, kaitanya dengan lingkungan sekolah, bukan hanya berhubungan dengan keberadaan pendidik yang memikul beban dan tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan pembinaan terhadap anak didiknya, tetapi juga berhubungan secara langsung dengan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, yang ikut mendukung pengembangan pendidikan yang dimaksud.
Sarana yang dimaksudkan adalah semua alat pendidikan dan media pembelajaran yang secara langsung menciptakan lingkungan sekolah yang memadai bagi kesuksesan dan keberhasilan pengembangan pendidikan.
Lingkungan sekolah juga harus menjamin kelancaran komunikasi anak didik dengan semua pihak sekolah agar mempermudah hubungan interaksional anak didik dengan semua pihak sekolah yang berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.
Setelah berada di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, anak didik akan hidup dan bergaul di lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan masyarakat, anak didik akan menemukan berbagai kejadian atau peristiwayang baru, asing, yang baik dan buruk, yang patut ditiru, atau tidak pantas ditiru, yang terpuji dan tercela.
Secara umum, penerapan konsep budaya organisasi di lembaga pendidikan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi lainya. Kalaupun terdapat perbedaan, mungkin hanya terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakteristik dari para pendukungnya. Berkenaan dengan pendukung budaya organisasi di lembaga pendidikan itulah, pengembangan budaya lembaga pendidikan perlu mengedepankan nilai-nilai yang paling mendasar dalam mengatur tata kehidupan manusia.
Nilai-nilai yang dikembangkan di lembaga pendidikan, tentunya, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan lembaga itu sendiri, yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan, melestarikan, dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada anak didiknya. Sekolah menjadi semacam wadah moral yang akan ditiru dan dikembangkan oleh semua pemakai lembaga pendidikan dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan menjadi bekal di kehidupannya.
Dengan berbagai peristiwa yang dialami oleh lembaga pendidikan, tentu acuan utamanya adalah pengaruh budaya terhadap lembaga pendidikan atau sebaliknya sejauh mana lembaga pendidikan membangun budaya yang kuat dalam mengantisipasi pengaruh buruk modernisasi dan globalisasi kepada generasi muda dan masyarakat pada umumnya.
Budaya lembaga pendidikan semakin lemah berhadapan dengan kebudayaan eksternal yang semakin cepat mempengaruhi mental anak pada masa usia belajar, oleh karena itu penciptaan budaya yang kuat dengan acuan nilai-nilai agama dan norma sosial memerlukan intensitas yang lebih optimal dengan dukungan semua pihak. Pembentukan mentalitas bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia harus didukung sepenuhnya oleh lembaga pendidikan, keluarga, lingkungan masyarakat, dan tentu saja pemerintah.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar