PERKEMBANGAN KREATIVITAS DAN PERKEMBANGAN NILAI, MORAL, DAN SIKAP
( Tugas Akhir Perkembangan Peserta Didik )
Oleh :
Rika Anggraini
1113022049
PENDIDIKAN FISIKA
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
“ Perkembangan Kreativitas “
Kreativitas tidak hanya sekedar keberuntungan
tetapi merupakan kerja keras yang disadari.
Kegagalan bagi orang yang kreatif hanyalah merupakan variabel pengganggu untuk keberhasilan. Dia
akan mencoba lagi, dan mencoba lagi hingga berhasil. Orang yang kreatif menggunakan pengetahuan
yang kita semua memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan, mereka
memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru.
A.
Kreativitas
dan Teori Belahan Otak
Teori belahan otak ini
menurut Clark (1988) dan Gowan (1989) bahwa sesungguhnya otak manusia itu
menurut fungsinya terbagi menjadi dua yaitu belahan otak kiri dan otak kanan.
Secara singkatnya, fungsi dari otak kiri mengarah pada cara berfikir yang
konvergen (convergent thinking) dan belahan kanan mengarah pada cara berfikir
menyebar. Teori belahan otak ini cukup berkembang, tetapi kelemahannya adalah
teori ini mash sulit dibuktikan dan diuji secara empiris, perkembangannya masih
bersifat hipotenik dan berupa rekomendasi. Perkembangan kreativitas berkaitan
erat dengan fungsi belahan otak kanan dan kiri yang berarti berkaitan dengan
perkembangan intelek.
B.
Pengertian
Kreativitas Secara Umum
Adapun pengertian
kreativitas menurut para ahli antara lain adalah :
1. Barron
mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru.
2. Guildford
menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri
seorang kreatif.
3. Utami Munandar mendefinisikan
kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan.
4. Rogers
mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam
suatu tindakan.
5. Drevdahl
mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan
gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sintetis
yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari
pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi
sekarang.
6. Torrace
mendefinisikan kreativitas sebagai proses kemampuan memahami
kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan
hipotesis-hipotesis baru, dan mengomunikasikan hasilnya, serta sedapat mungkin
memodifikasi dan menguji hipotesi-hipotesis yang telah dirumuskan. Dibutuhkan
adanya dorongan dari lingkungan yang didasari oleh potensi kreatif yang telah
ada dalam dirinya.
Selain pendapat
dari para ahli, secara umum kreativitas merupakan ciri khas yang dimiliki oleh
individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama
sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi
suatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk
menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara
berfikir divergen.
C.
Pendekatan
terhadap Kreativitas
Menurut Torres dibagi
menjadi dua yaitu pendekatan psikologis yang melihat kreativitas dari segi
kekuatan individu seperti intelegensi, bakat, motivasi, sikap, minat, dan
disposisi kepribadian lainnya sedangkan pendekatan yang kedua adalah pendekatan
sosiologis menyatakan bahwa kretivitas individu merupakan hasil dari proses
interaksi sosial dimana individu dengan segala potensi dan disposisi
kepribadiannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat individu itu berada.
Clark
(1988) menggunakan pendekatan holistik untuk menjelaskan konsep kreativitas
dengan berdasarkan pada fungsi-fungsi berfikir, merasa, mengindra, dn intuisi.
Terdapat empat fungsi, diantaranya :
a. Thingking,
merupakan berfikir rasional dan dapat diukur serta dikembangkan mealui latihan.
b. Feeling,
menunjuk pada suatu tingkat kesadaran yang melibatkan segi emosional.
c. Sensing,
menunjuk pada suatu keadaan ketika dengan bakat yang ada diciptakan suatu
produk baru yang dapat dilihat atau didengar oleh orang lain.
d. Intuiting,
menuntut adanyabsuatu tingkat kesadaran yang tinggi yang dihasilkan dengan cara
membayangkan, berfantasi, dan melakukan terobosan ke daerah prasadar dan tak
sadar.
Gray (1958, 1961, dan 1966)
menemukan bahwa faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, dan peranan keluarga
yang kondusif menentukan dinamika dan irama perkembangan kreativitas. Apabila
faktor tersebut berada dalam posisi yang positif maka perkembangannya pun akan
maksimal.
Narool (1971)
menunjukkan bahwa ada periode tertentu dalam setiap perkembangan kebudayaan
yang dapat mendorong berkembangnya kreativitas.
Arieti (1976)
mengemukakan beberapa faktor sosiologis yang kondusif bagi perkembangan
kreativitas, yaitu : tersedianya sarana-sarana kebudayaan, keterbukaan terhadap
keragaman cara berfikir, adanya keleluasan bagi berbagai media kebudayaan,
adanya toleransi terhadap pandangan-pandangan yang divergen, dan adanya
penghargaan yang memadai terhadap orang-orangbyang berprestasi.
D.
Perkembangan
Kreativitas
Perkembangan
kreativitas juga dapat ditinjau dari perkembangan kognitifnya. Menurut Jean Piaget ada empat tahap antara lan
:
1. Tahap
Sensori-Motoris (0-2 tahun)
Anak
berada dalam masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan sensori-motoris
yang amat jelas.Belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Kemampuan paling tinggi terjadi pada umur 18-24 bulan.
2. Tahap
Praoperasional (2-7 tahun)
Merupakan
tahap intuisi sebab perkembagan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang
ditandai oleh suasanaa intuitif. Anak bersifat egosentris sehingga sering
mengalami masalah. Kemampuan pengembangan kreativitas sudah mulai tumbuh karena
anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk
memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang.
3. Tahap
Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak
mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan berkembang rasa ingin
tahunya. Mulai berkembang kegiatan bersosialisasi dengan orang lain.
Kreativitasnya sudah mulai berkembang.
4. Tahap
Operasional Formal (11 tahun keatas)
Anak
telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam suatu kegiatan. Interaksi dengan
lingkungan sudah luas dan perkembangan kreativitasnya berada dalam tahap yang
amat potensial.
Gowan
(1987) kreatif individu mulai berkembang dengan baik ketika memasuki tahap
operasional formal. Torrance (1977)
bahwa remaja individu sudah mulai mampu berfikir secara abstrak dan sistematis
untuk memecahkan persoalan yang bersifat hipotesis.
E.
Tahap-tahap
Kreativitas
Wallas
(Solso, 1991) ada empat tahapan proses kreatif antara lain :
1. Persiapan
(Preparation)
Individu
berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang
dihadapi pada tahaap ini masih amaat diperluakan kemampuan berfikir divergen,denagn
bekal ilmu dan pengalaman.
2. Pada
tahap ini individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari
masalah yang dihadapinya.memikirkan permasalah dalam alam prasadar.
3. Iluminasi
Timbul
inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses psikologis yang
mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru.ini timbul setelah
diendapkan dalam waktu yang lama.
4. Verifikasi
Gagasan
yang muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada
realita.
F.
Karakteristik
Kreatifitas
Menurut Clark (1988) karakteristik kreativitas
antara lain memiliki disiplin diri yang tinggi, memiliki kemandirian yang
tinggi, cenderung sering menentang otoritas, memiliki rasa humor, mampu
menentang tekanan kelompok, mampu menyesuaikan diri, senang berpetualang,
toleran terhadap ambiguitas, menyukai hal-hal yang komplek, memiliki kemampuan
divergen yang tinggi,memiliki memori dan atensi yang baik, memiliki wawasan
yang luas, sensitif terhadap lingkungan, memiliki rasa ingin tau yang tinggi, memiliki
rasa estetik yang tinggi, dan lebih bebas dalam mengembangkan integrasi peran.
G.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Kreativitas
Ada beberapa
faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreatifitas pada remaja ,yaitu
remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proporsional berdasarkan
pemikiran logis,remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara
proporsional pemikiran logis, remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang
relatif, remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel
dalam menghadapi masalah yang kompleks, remaja sudah mampu melakukan abstraksi
reflektif dan berfikir hipotetis, remaja sudah memiliki diri ideal dan remaja
sudah menguasai bahasa abstrak.
H.
Masalah
yang sering timbul pada Anak Kreatif
Menurut Dedi Supriadi (1994) masalah yang
timbul atau dialami oleh anak-anak kreatif sebagai berikut:
1. Pilihan
karier yang tidak realistis.
2. Hubungan
dengan guru dan teman sebaya.
3. Perkembangan
yang tidak selaras.
4. Tiadanya
tokoh-tokoh ideal.
I.
Upaya
membantu Perkembangan Kreativitas dan Implikasinya bagi Pendidikan
Cara membimbing
perkembangan anaak-anak kreatif yaitu sebagai berikut:
a. Menciptakan
rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya.
b. Mengakui
dan menghargai gagasan-gagasan anak.
c. Menjadi
pendorong bagi anak untuk mengomunikasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya.
d. Membantu
anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan menghukumnya.
e. Memberikan
peluang untuk mengomuniakasikan gagasan-gagasan.
f. Memberikan
informasi mengenai peluang yang tersedia.
“
Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap “
Antara
pengetahuan dan tindakan ternyata tidak selalu terjadi korelasi positif yang
tinggi. Proses pertumbuhan dan kelanjutan pengetahuan menuju bentuk sikap dan
tingkah laku adalah proses kejiwaan yang musykil. Seorang individu yang pada
waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata melakukannya tidak selalu
karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatan itu tercela, atau tidak sesuai
dengan norma-norma masyarakat.
A.
Pengertian
Nilai, Moral, dan Sikap
1.
Pengertian
Nilai
Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu
tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Menggolongkan nilai ke
dalam enam jenis, antara lain :
a. Nilai
teori atau nilai keilmuan
Mendasari
perbuatan seseorang atau kelompok orang yang bekerja terutama atas dasar
pertimbangan rasional.
b. Nilai
Ekonomi
Suatu
nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau kelompok orang atas dasar pertimbangan
ada tidaknya keuntungan finansial sebagai akibat dari perbuatannya.
c. Nilai
solidaritas
Suatu
nilai yang mendasari perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan
akibat yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri, baik berupa keberuntungan
atau ketidakberuntungan.
d. Nilai
Agama
Suatu
nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan
bahwa sesuatu itu dipandang benar menurrut ajaran agama.
e. Nilai
Seni
Suatu
nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau kelompok atas dasar pertimbangan
rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai pertimbangan
material.
f. Nilai
Kuasa
Suatu
nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau kelompok orang atas dasar
pertimbangan baik buruknya untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.
Menurut Harrocks, nilai merupakan sesuatu yang
memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang
dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.
Nilai-nilai kehidupan
adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan
sopan santun.
2.
Pengertian
Moral
Berasal
dari kata latin mores yang berarti
tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Menurut Shaffer
bahwa moral merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang
harus dipatuhi. Menurut Rogers moral merupakan standar
baik-buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana
individu sebagai anggota sosial.
Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Lawrence
E. Kohlberg berhasil melahirkan beberapa kesimpulan, diantaranya antara
lain adalah :
a. Penilaian
dan perbuatan moral pada intinya bersifat rasional.
b. Terdapat
sejumlah tahap pertimbangan moral yang sesuai dengan pandangan formal harus
diuraikan dan yang biasannya digunakan remaja untuk mempertanggung jawabkan
perbuatan moralnya.
c. Membenarkan
gagasan Jean Piaget bahwa pada masa remaja sekitar umur 16 tahun telah mencapai
tahap tertinggi dalam proses pertimbangan moral.
Moral adalah
ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, kewajiban, akhlak, dan
sebagainya.
Terdapat tiga
tahap perkembangan moral, antara lain :
a. Tahap
Pramoral, anak belum menyadari keterkaitannnya pada aturan.
b. Tahap
Konversional, kesadaran akan ketaan pada kekuasaan.
c. Tahap
Otonom, keterikatan pada aturan yang didasarkan pada resiprositas.
Menurut Lawrence E. Kohlberg (1995) tahap-tahap
perkekembangan moral antara lain :
a. Tingkat
Prakonvensional
Anak
tanggap pada aturan-aturan budaya dan ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik-buruk
serta benar salah.
Ada
2 tahap, antara lain :
1. Orientasi
hukuman dan kepatuhan.
2. Orientasi
relativitas-instrumental.
b. Tingkat
Konvensional
Anak
hanya menuruti harapan kelurga, kelompok, atau masyarakat.
Ada
2 tahap, antara lain :
1. Orientasi
kesepakatan antara pribadi atau disebut orientasi “anak manis”
2. Orientasi
hukum dan ketertiban.
c. Tingkat
Pascakonvensional, Otonom, atau Berlandaskan Prinsip
Usaha
yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki
keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orng yang
berpegang pada prinsip pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari
identifikasi dengan kelompok tersebut.
Ada
2 tahap :
1. Orientasi
kontrak sosial legalitas.
2. Orientasi
Prinsip dan etika Universal.
3.
Pengertian
Sikap
Menurut Fishbein (1975) mendefinisikan sikap
adalah predisposisi yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap
suatu objek.
Menurut Chaplin (1981) menyamakan sikap dengan
pendirian. Sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil
dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan cara
tertenu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan.
Menurut Stephen R. Corey (1989) ada 3 teori
determinisme untuk menjelaskan sikap manusia, yaitu :
a. Determinisme
Genetik, bahwa sikap individu diturunkan oleh keluarga berdasarkan DNA.
b. Determinisme
Psikis, bahwa sikap individu merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh, atau
pendidikan orang tua.
c. Determinisme
Lingkungan, bahwa perkembangan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan tempat individu tersebut tinggal.
Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi berupa kecenderungan
tingkah laku, sikap juga dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
tersebut.
B.
Hubungan
Antara Nilai, Moral, dan Sikap
Nilai
merupakan dasar pertimbangan bagi individu untuk melakukan sesuatu, moral
merupakan perilaku yang seharusnya dilakukan atau dihindari, sedangkan sikap
merupakan predisposisi atau kecenderungan individu untuk merespons terhadap
suatu objek atau sekumpulan objek sebagai perwujudan darin sistem nilai dan
moral yang ada. Nilai mengarahkan pembentukan moral tertentu yang kemudian akan
menentukan sikap individu.
Menurut
Sigmund Freud melalui teori
Psikoanalisisnya menjelaskan bahwa antara nilai, moral dan sikap saling
berketerkaitan. Nilai dan moral itu menyatu pada struktur kepribadian. Struktur
kepribadian ini antara lain Id atau Das
edes, Ego atau Das Ich dan Super ego atau Das uber ich.
Hubungan
antara nilai, moral dan sikap dapat dilihat dari segi pengamalan nilai-nilai.
Nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh
moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan ada
akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.
C.
Karakteristik
Nilai, Moral dan Sikap
Pada
perkembangan niai yang paling menonjol yaitu bahwa remaja sudah sangat
merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-nilai baru yang
diperlukan sebagai pedoman, pegangan atau petunjuk.
Selain
itu, dalam perkembangan moralnya karakteristik yang paling menonjol yaitu bahwa
tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berpikir operasional
formal. Dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan
kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai,
meskipun belum bertanggung jawab secara pribadi.
Dan
yang terakhir adalah perkembangan sikap karakteristik yang paling menonjol
yaitu bahwa sikap menentang nilai-nilai dasar hidup orang tua dan orang dewasa
lainnya. Gejala sikap menentang pada remaja hanya bersifat sementara dan akan
berubah serta berkembang ke arah moralitas yang matang dan mandiri.
D.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Lingkungan
merupakan faktor yang sangat bepengaruh dalam perkembangan nilai, moral dan
sikap. Faktor lingkungan ini antara lain mencakup aspek psikologis, sosial,
budaya, dan fisik kebendaan yang terdapat pada lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat. Seseorang yang tumbuh dalam kondisi psikologis yang sangat
baik akan berakibat positif pada individu tersebut. Antara lain memiliki
nilai-nilai luhur, moralitas yang tinggi, dan sikap perilaku yang terpuji.
Ada
pula teori-teori non-psikoanalisis yang beranggapan bahwa hubungan anak-orang
tua bukan satu-satunya sarana pembentuk moral namun masyarakat juga. Tingkah
laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol masyarakat itu sendiri yang
mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya.
E.
Perbedaan
Individual dalam Nilai, Moral dan Sikap
Sistem
nilai,moral, dan sikap suatu kelompok atau individu dipengaruhi oleh faktor
lingkungan sehingga sistem nilai, moral, dan
sikap pun berbeda. Ketika suatu kolompok atau individu berpandangan
bahwa sesuatu itu merupakan hal yang baik belum tentu kelompok atau individu
lain sependapat. Oleh sebab itu, merupakan hal yang wajar jika terjadi
perbedaan individual dalam suatu kelompok masyarakat mengenai nilai moral dan
sikap
F.
Upaya
Pengembangan Nilai, Moral dan Sikap serta Implikasinya bagi Pendidikan
Suatu
sistem sosial yang berupaya menumbuhkembangkannya adalah keluarga. Melalui
pendidikan, pengasuhan, pendampingan, perintah, larangan, hadiah , hukuman, dan
interfensi edukatif, para orang tua menanamkan
nilai-niali luhur, moral yang tinggi dan sikap yang baik bagi anak-anaknya.
Langkah
selanjutnya yaitu melalui lingkungan sekolah. Pada lingkungan ini anak tidak
hanya didik dalam segi akademiknya saja, namun pada tingkah lakunya di sekolah.
Kelulusannya pun didasarkan pada tata kramanya.
Perkembangan
moral dapat dilihat pada prosedur diskusi moralnya, yaitu melalui “induksi
konflik-kognitif” antara lain :
a. Prosedur
yang pertama adalah kurikulum pendidikan
moral dipusatkan pada suatu rangkaian dilema moral yang didiskusikan
bersama-sama antara siswa dan guru.
b. Prosedur
yang kedua adalah menimbulkan diskusi antara para murid pada dua tahap
perkembangan moral yang berdekatan.
dapat dilakukan
pula dalam proses mengembangkan nilai, moral dan sikap remaja adalah :
a. Menciptakan
Komunikasi.
b. Menciptakan
iklim lingkungan yang serasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Mohammad dan
Mohammad Ansori. 2004. Perkembangan
Remaja. Bumi Aksara: Jakarta
Sunarto, dan B. Agung
Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik.
Rineka Cipta: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar